LINTAS PEWARTA - Semangat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) untuk memajukan pendidikan adalah hal yang positif.
Namun, memajukan jadwal sekolah pada pukul 05.00 pagi adalah keputusan yang terburu-buru, tidak masuk akal dan belum pernah terjadi selama sejarah pendidikan, baik di Indonesia maupun di dunia.
Perubahan jadwal sekolah juga berdampak kepada perubahan semua pola kehidupan termasuk jadwal siswa-siswa bangun tidur dan para guru harus lebih cepat meninggalkan rumah.
Baca Juga: Tak Hanya Sapi hingga Pungli, Oknum Kades di Sumba Diduga Korupsi Anggaran Gedung Pendidikan
Selain itu, keamanan dalam perjalan karena sebelum jam 05.00 sudah harus meninggalkan rumah sementara kendaraan umum sebagai moda transportasi belum beroperasi sehingga menyebabkan peningkatan biaya transport.
Ide kebijakan jam masuk sekolah jam lima pagi, seperti mengadopsi Gubernur Anies Baswedan di DKI yang sampai hari ini gagal terlaksana.
Karena banyak protes akhirnya gagal. Mungkin karena gagal di DKI, kebijakan tersebut mau diadopsi ke NTT.
Baca Juga: Kades Mandungo Dilaporkan Warganya, Ketika Dihubungi Malah Begini yang Terjadi
Pergumulan infrastruktur transportasi NTT masih jauh dari kata layak. Belum lagi, topografi NTT yang rumit oleh karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah sangat bervariasi dua hingga lima kilo meter (2-5 km), bahkan lebih. Kebijakan ini pasti sangat merugikan anak didik.
kutip teori pembelajaran dari Taksonomi Bloom dan Freud. Apapun kurikulumnya, tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa/i dalam proses belajar mengajar.
Contoh sederhana, apa itu ekosistem? Pertanyaan ini konsep dasar hafalan yang sudah usang dalam dunia pendidikan. Konsep pembelajaran ini merupakan konsep paling rendah alias (C1) aspek knowledge.
Baca Juga: Kades Mandungo diduga Korupsi Uang Desa Ratusan Juta, Masyarakat: Kami Punya Data, Jangan Lari!
Sementara itu, yang diharapkan adalah bagaimana siswa/i bisa menerapkan konsep ekosistem dalam aktivitas sehari-hari, menjaga lingkungan, kebersihan, dampak kerusakan lingkungan dan sebagainya, hingga siswa mampu menganalisa, evaluasi (tingkat tertinggi), jelas sudah inklut dalam prakteknya, siswa/i memiliki aspek vocational, ketrampilan life skills dll.
Tujuan pembelajaran tidak ada hubungannya dengan masuk sekolah jam 05.00 pagi, perut lapar tidak sarapan pagi, ngantuk dan lain-lain justru membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Artikel Terkait
MPH: Kaum Muda Dan Moralitas Politik Bangsa
MPH: Kemenangan Bikin Rindu Kegagalan
MPH: Bonus Demografi Generasi Muda, Mata Tombak, Masa Mendatang Bagi Sumba Barat
Pengembangan Ekowisata di Sumba Barat, MPH: Masyarakat Punya Potensi? Simak!
Tak Hanya Sapi hingga Pungli, Oknum Kades di Sumba Diduga Korupsi Anggaran Gedung Pendidikan