LINTAS PEWARTA - Yang bisa membenahi kerusakan negara yang carut marut hanyalah negarawan dengan dibantu oleh budayawan, agamawan dan seniman serta wartawan bersama ilmuan yang berbasis spiritual yang kuat.
Basis spiritual bagi seorang begarawan sangat diperlukan untuk menjaga etika, moral dan akhlak sebagai pengusung kebaikan yang berlandaskan pada ajaran serta tuntunan para Nabi bersama manusia lainnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Kebaikan, ketulusan dan kejujuran untuk berbuat baik bagi kepentingan orang banyak, rakyat, untuk negara dan bangsa, hanya mungkin dilakukan oleh para negarawan yang paripurna sifat dan sikapnya yang terjaga oleh etik profetik (sikap dan sifat kebabian) sebagai pembawa dan penebar nilai-nilai kebaikan untuk orang banyak.
Baca Juga: Bintang Baru FC vs GMJ FC Imbang Tanpa Gol? Agussalim: Itulah Sepak Bola!
Karena itu sosok para negarawan dengan nilai etik profetik itu sangat dipercaya dan mampu serta mau membenahi tata kelola negara yang rusak akibat dari cara pengelolaannya yang sembrono dan ugal-ugalan.
Untuk berharap pada politisi misalnya yang kini tengah kasmaran pada Pemilu maupun Pilkada dan Pileg, jelas dan pasti tidak bisa diharapkan, karena mereka lebih sibuk memposisikan diri untuk kembali tampil dan menduduki posisi yang lebih enak dari posisi atau kedudukan sebelimnya. Paling tidak, bisa tetap panggah di posisi sebelumnya.
Hasrat dan pamrih serupa itu wajar saja menjadi pilihan dalam kondisi dan situasi yang semakin dimabuk materi dan kekuasaan, tidak sama sekali mengusung nilai-nilai illahiyah seperti tugas dan kewajiban para Nabi sebagai penyampai pesan-pesan Tuhan.
Baca Juga: Kasus Wewewa Selatan! Nyawa Adiknya Hampir Melayang, Sang Kakak: Polisi Tolong Amankan Pelaku!
Karena itu pula, Pancasila yang menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama terkesan semakin dilupakan atau bahkan sengaja diabaikan.
Harapan pada fungsi dan peranan BPIP (Badan Pembina Ideologi Pancasila) seakan tiada berdaya tanpa asumsi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kondisi bangkrut moral bangsa, utamanya bagi mereka yang sedang berkuasa mengelola negara.
Kerunyaman ekonomi yang selalu gaduh dan kacau seperti impor bahan pangan beras yang justru membingungkan rakyat disaat musim panen, mengesankan antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian menjadi seteru Badan Urusan Logistik yang cuma berperan sebagai Kepala Gudang belaka.
Baca Juga: Terjun Langsung ke Lokasi Tanah Longsor, Bupati Malaka: Pasti Saya Datang!
Hingga, bibit dan pupuk bagi petani terus menjadi masalah sendiri, persis seperti kesedihan saat nenjual hasil panen yang tetap dibiarkan menjadi mangsa tengkulak.
Budaya tengkulak pada tataran yang lebih bergengsi itu sekarang disebut rente, seperti menangguk komisi dari jutaan beras impor yang masuk, sangat terkesan sedang menghimpun duit untuk bekal Pemilu.
Artikel Terkait
MPH: Kaum Muda Dan Moralitas Politik Bangsa
MPH: Kemenangan Bikin Rindu Kegagalan
Wow! SHE: Dua dari Tiga Menteri Perwakilan Nasdem yang Tak Tau Diri
MPH: Bonus Demografi Generasi Muda, Mata Tombak, Masa Mendatang Bagi Sumba Barat
Jacob Ereste: Intelektualitas Yang Liar Hanya Bisa Dijinakkan oleh Spiritualitas sebagai Kesadaran Illahiyah?