LINTAS PEWARTA - Beberapa daerah di Jawa Timur saat ini banyak yang memperbincangkan udara dingin ketika malam hari.
Banyak masyarakat menghubungkan kondisi ini dengan fenomena aphelion. Tapi benarkah memang demikian?
Secara ilmiah, fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena umum yang terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau diperkirakan antara bulan Juli-September.
Baca Juga: Menaker Akan Sampaikan Pernyataan Nasional dalam Konferensi Ketenagakerjaan ke-110 di Swiss
Mengutip dari siaran pers BMKG, saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.
Dijelaskan, adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.
"Angin monsun Australia yang bertiup menuju Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, mengakibatkan suhu di wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa(Pulau Jawa,Bali dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin," tulisnya dalam siaran pers, Jum'at 3 Juni 2022.
Artikel Terkait
BNPB Tegaskan Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Bukan Sekadar Seremoni
Kuota Jemaah Haji Indonesia 2022 Sejumlah 100.051, Kemenag Lakukan Finalisasi Berdasarkan Persyaratan
BMKG Prediksi Suhu Panas Terik yang Tinggi di Indonesia Terjadi Hingga Pertengahan Mei 2022